Oleh : Drs. La Ode Turin,M.Pd (UPBJJ UT Kendari)
Latar Belakang
Permasalahan
tentang rendahnya mutu pendidikan yang dihasilkan belum sepenuhnya dapat
dipecahkan, banyak pekerjaan mengajar yang dilakukan dengan mutu keterampilan
yang rendah dan tidak efisien, tidak kreatif dan akibatnya produktivitas
rendah. Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya ada pada faktor guru saja,
Namun demikian, analisis terakhir menunjukkan bahwa guru tetap merupakan faktor
kunci yang paling menentukan, karena proses kegiatan belajar mengajar
ditentukan oleh pendidik dan peserta didik
Uraian
tersebut mencerminkan betapa pentingnya peran guru dalam meningkatkan mutu
pendidikan dan faktor utama yang menjamin sekolah lebih baik adalah apabila
sekolah tersebut memiliki guru-guru yang baik, karena itu harapan untuk
memiliki sekolah yang baik dalam arti berkualitas tinggi harus didahului dengan
adanya kualitas guru yang tinggi pula.
Dengan
demikian untuk mengetahui performansi guru di dalam melaksanakan tugasnya
adalah perlu. Bagi guru yang memiliki performansi mengajar yang kurang,
sehingga menghasilkan siswa yang kurang bermutu, maka perlu ditanggulangi
dengan upaya pengembangan staf atau pembinaan profesi guru melalui pemberian
motivasi kepada guru serta dengan jalan penataran para guru guna mendorong
meningkatkan performansi mengajarnya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah
terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan guru dan performansi mengajamya,
2.
Apakah
terdapat hubungan yang
signifikan antara pengalaman penataran dan performansi mengajar guru,
3.
Apakah
terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi kerja guru dan performansi
mengajarnya,
4.
Apakah
terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan,pengalaman penataran dan motivasi kerja
secara bersama-sarna dengan performansi mengajar guru.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui hubungan tingkat pendidikan guru dan performansi mengajarnya,
2.
Untuk
mengetahui hubungan pengalaman penataran dan performansi mengajar guru,
3.
Untuk
mengetahui hubungan motivasi kerja guru dan performansi mengajarnya,
4.
Untuk
mengetahui sejauh mana hubungan tingkat pendidikan, pengalam penataran dan
motivasi kerja secara bersarna-sama dengan performansi mengajar guru.
Manfaat
Penefitian
1.
Diharapkan
dapat memberi manfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar, khususnya
dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia,
2.
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan pijakan dasar bagi penelitian serupa pada
lingkup yang lebih luas,
3.
Dapat
memberikan informasi tentang tingkat pendidikan, pengalaman penataran dan
motivasi kerja dengan performansi mengajar guru-guru.
Kerangka Teori
Ø
Menurut
Purwanto (1984); Kualitas pendidikan dan pengajaran yang dilakukan guru
dipengaruhi tingkat pendidikannya. Penelitian ini juga mendukung hasil
penelitian Sunaryo (199:84, dalam Purba, 1993) Yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan berbanding lurus antara tingkat pendidikan dengan penguasaan mata pelajaran.
Selanjutnya Nainggolan (1991, dalam Purba, 1993) dalam penelitiannya menemukan
bahwa terdapat hubungan yang searah dan berarti antara tingkat pendidikan
dengan harapan keberhasilan di dalam proses pembelajaran.
Ø
Nadler
(1977); menyatakan bahwa penataran atau training adalah suatu kegiatan yang
dirancang untuk memperbaiki performansi dalam tugas yang dihadapinya atau
dikerjakan. Pernyataan ini didukung oleh Siagian (1987) mengatakan bahwa
penataran dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja
seseorang atau sekelompok orang. Selanjutnya. Nain (dalam Pidarta, 1988)
mengemukakan bahwa pendidikan in-service education diberikan dengan maksud agar
pengetahuan dan kemampuan profesional dapat ditingkatkan sehingga selalu bersifat
"up to date" dan dapat bekerja lebih baik dari semula.
Ø
Mataheru
(1985) bahwa kunci utarna performansi terletak pada motivasi, tegasnya motivasi
untuk bekerja. Selanjutnya Mittchel & Larson (1987) mengemukakan bahwa
disamping kemampuan, pengetahuan dan teknologi, motivasi juga dapat
meningkatkan performansi. Akhirnya Vroorn mengemukakan bahwa peningkatan
performansi kerja seseorang ditentukan oleh peningkatan motivasinya.
Metodologi
penelitian:
1.
Populasi
dan sampel penelitian populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri
2 Wonosobo sejumlah 68 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
sampel total, yakni keseluruhan populasi dapat menjadi objek penelitian.
2.
Metode
pengumpulan data untuk memperoleh data tentang variabel-variabel tingkat
pendidikan guru, motivasi kerja guru dan performansi mengajar guru, alat yang
digunakan adalah kuesioner.
a.
Metode
analisis data untuk mengukur variabel tingkat pendidikan Guru digunakan teknik
analisis regresi. Oleh karena itu untuk satuan tingkat pendidikan dinyatakan
dalam satuan tahun berdasarkan kriteria pertimbangan lamanya studi secara
formal yang dibutuhkan untuk memperoleh ijazah. Pada tingkat SD diberi skor 6,
untuk SLTP diberi skor 9, untuk SMU/SMK diberi skor 12, untuk Sarjana Muda/D-3
diberi skor 15 dan untuk pendidikan sarjana (S I) diberi skor 16.
b.
Untuk
mengukur Variabel Pengalaman Penataran Guru dinyatakan dengan skor dalam jam,
sedangkan penataran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penataran guru
dalam bidang studinya, dan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan bidang
studinya. Lamanya penataran-penataran yang diikuti seorang guru dijumlahkan dan
kemudian dibagi dengan 24 jam.
c.
Untuk
mengukur variabel Motivasi Kerja digunakan kuesioner dengan jalan memilih 4
alternatif jawaban yang telah disiapkan dengan kode SS, S, TS dan STS, dan skor
sebagai berikut: SS=4, S=3, TS=2, dan STS=1 untuk jawaban positif. Dan SS=l,
S=2, TS=3, dan STS=4 untuk jawaban
negatif, responden memilih salah satu alternatif jawaban sebagai
kecenderunganya terhadap pernyatan yang bersangkutan.
d.
Sedangkan
untuk mengukur Variabel Performansi Mengajar, alat yang digunakan adalah
merupakan pengembangan dari peneliti sendiri "Teaching Performansi’’.
Outline Jurnal
KORELASI ANTARA CARA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SMA MUHAMMADIYAH 1 WONOSOBO
1.
Latar Belakang
Melihat pada
kenyataannya bahwa proses belajar itu sangat bervariasi, misainya: belajar materi yang
mengandung aspek hafalan, belajar hitungan, belajar keterampilan gerak/motorik, belajar
sikap dan sebagainya. Adanya kemajemukan ini menyebabkan cara siswa belajar harus
berbeda-beda pula sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung dan
tujuan yang akan dicapai.
Selain itu, faktor yang sangat menentukan prestasi
belajar siswa adalah motivasi siswa untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa
yang memiliki kecerdasan yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya
rendah, akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya kurang berfungsi secara
optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki
siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi
yang tinggi dalam dirinya.
2. Rumusan
Masalah
1.
Apakah ada
korelasi yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar siswa?
2.
Apakah ada
korelasi yang signifikan antara motifasi berprestasi terhadap prestasi belajar
siswa?
3. Apakah ada korelasi yang signifikan antara cara
belajar dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa?
3. Tujuan Penelitian
1.
Untuk
mengetahui hubungan cara belajar terhadap prestasi belajar siswa,
2.
Untuk
mengetahui hubungan motifasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa,
3.
Untuk
mengetahui sejauh mana hubungan cara belajar dan motifasi berprestasi terhadap
prestasi belajar siswa
4. Manfaat Penefitian
1.
Diharapkan
dapat memberi manfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar, khususnya
dalam upaya meningkatkan prestasi belajar melalui cara mengajar dan pemberian
motifasi,
2.
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan pijakan dasar bagi penelitian serupa pada
lingkup yang lebih luas,
3.
Dapat
memberikan informasi tentang cara belajar dan motivasi berprestasi dengan
prestasi belajar sisiwa.
5.
Kerangka Teori
Ø
Jenis bentuk belajar menurut Van Parreren, 1996 meliputi:
a.
Otomatisme,
yaitu terutama meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi kadang dapat juga
belajar kognitif,
b.
Insidental,
yaitu siswa belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk
mempelajari hal tertentu, khususnya yang bersifat pengetahuan mengenai fakta
atau data. Menghafal, yaitu orang menanarnkan suatu materi verbal di dalam
ingatan, sehingga nantinya dapat direproduksi kembali,
c.
Belajar
pengetahuan, adalah orang mulai mengetahui berbagai macam data mengenai
kejadian, keadaan, benda-benda dan orang,
d.
Belajar arti
kata-kata, adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata
yang digunakan,
e.
Belajar
konsep, yaitu orang mengadakan abstraksi yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi
benda, kejadian dan orang,
f.
Belajar
memecahkan problem melalui pengamatan, yaitu orang dihadapkan pada problem yang
harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik dan
g.
Belajar
berpikir, yaitu orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan,
tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan, namun dipecahkan
melalui operasi mental.
Ø
Motivasi
merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan
afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan (Sumanto, 1998). Dari
pengertian motivasi tersebut tampak tiga hal, yaitu:
1.
Motivasi
dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang,
2.
Motivasi itu
ditandai oleh dorongan afektif yang kadang tampak dan kadang sulit diamati,
3.
Motivasi
ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
6. Metodologi
Penelitian
a.
Jenis
penelitian : Ex-post facto korelatif
b.
Sample : Siswa kelas X, XI dan XII yang
dipilih secara random (acak) dan masing-masing kelas diambil 75 siswa.
c.
Lokasi : SMA Muhammadiyah 1 Wonosobo
d.
Metode
pengumpulan data :
Untuk
memperoleh data tentang variabel cara belajar dan motivasi berprestasi
digunakan kuesioner dengan jalan memilih 4 alternatif jawaban yang telah
disiapkan dengan kode SS, S, TS dan STS, dan skor sebagai berikut: SS=4, S=3,
TS=2, dan STS=1 untuk jawaban positif. Dan SS=l, S=2, TS=3, dan STS=4 untuk jawaban negatif,
responden memilih salah satu alternatif jawaban sebagai kecenderunganya
terhadap pernyatan yang bersangkutan.